Kamis, 19 Januari 2012

BERSAMA PENUH CINTA
Oleh :Indah Purwanti
Jombang, mulai tanggal 8 januari 2012 disuatu daerah tepatnya di dsn.Balong rejo ds.Jatimlerek Plandaan-Jombang dilaksanakan pembangunan jalan oleh pnpm Mandiri,Meski desa ini kecil namun kebersamaannya sangat bagus. Dalam pembangunan jalan saja mereka bahu-membahu untuk menyelesaikan proyek ini, Meski sebenarnya gotong royongnya digilir tiap sepuluh orang namun dalam praktek tidak demikian.Mereka semua keluar saling bekerjasama tidak peduli laki-laki ataupun perempuan,mereka semua bekerja dengan ikhlas tanpa upah. Antusias masyarakat ini patut diacungi jempol ,Rasa kasih sayang antar sesamapun cukup tinggi.
                Menurut pak Ponijan salah seorang kepala RT di wilayah ini berkata “Warga benar-benar ikhlas bekerja dalam proyek ini, Bagi kami saudara terdekat kita adalah tetangga kita maka dari itulah kita menjaga kekeluargaan kita, semata-mata agar lingkungan aman,nyaman dan penuh cinta,disini selain bekerja kita juga bercanda bersama. Hal inilah yang membuat kita bahagia”
                Jadi dapat disimpulkan kebersamaan mereka ini penuh cinta dan kasih sayang yang erat antar sesamanya maka dari itulah mereka rela memeras keringat meskitanpa upah.kebersamaan inilah yang patut kita contoh dan pertahankan.I LOVE MY LIFE

Jumat, 13 Januari 2012

SASENIBUD JOMBANG

KISI-KISI SASENIBUD JOMBANG
Jombang terkenal sebagai kota yang egaliter, sehingga masyarakatnyapun sangat terbuka dalam berinteraksi dan sangat bisa menerima perubahan. Hal ini juga buah pengaruh dari letak geografis kota Jombang yang terletak pada persimpangan budaya Arek, budaya Panaragan, budaya Mataraman, budaya Maduran maupun budaya Pesisiran. Karena pengaruh tersebut, maka kesenian yang berkembang di Jombang juga sangat beragam. Dengan karekter masyarakat yang egaliter itulah pada akhirnya membuahkan kristal-kristal kesenian yang lebih berkarakter. Misalnya dari budaya arek, lahirlah kesenian lerok yang kemudian berkembang menjadi seni besutan dan bermetafosis menjadi ludruk. Dari budaya Maduran juga muncul kesenian Sandur, meski kesenian ini tidak sama dengan kesenian Sandur dari daerah lain. Dari budaya Mataram juga mengkristalkan kesenian diantaranya, wayang kulit. Wayang kulit yang berkembang di Jombang juga ada dua gaya pekelirannya, gaya Kulonan dan gaya Jawa Timuran (cek-dong). Budaya Panaragunpun juga demikian, ada kesenian kuda lumping, reog, bantengan dll.
Di era globalisasi informasi sekarang ini kami dari DISPORABUPAR sebagai kepanjangan tangan dari Pemerintah Kabupaten Jombang, berusaha memberikan informasi kepada masyarakat luas, khususnya pecinta, pemerhati dan penikmat seni Jombangan. Tentu informasi yang kami sampaikan masih sangat terbatas baik dari kwalitas dan kwantitasnya. Tetapi kami berharap dengan informasi awal ini, masyarakat pemerhati kesenian Jombang bisa sedikit mendapatkan gambaran tentang peta kesenian di Jombang, sehingga bisa membantu kami dalam menginfentarisasi dan menumbuh kembangkan kesenian di Jombang.
Sebagai gambaran awal kami mencoba untuk mendekotomi (memisah) kesenian Jombang menjadi tiga varian utama, yaitu seni musik, seni media rekam dan seni pertujukkan. Semoga blok ini bisa sedikit memberi cahaya bagi kita semua, insan-insan pecintan kesenian Jombang.

WAYANG KULIT JOMBANGAN


Berawal dari ketidak sengajaan Sareh kecil yang pada waktu itu masih duduk di bangku Sekolah dasar kelas empat, melihat sebuah pementasan wayang amen. Kebetulan yang menjadi dalang pada waktu itu adalah Ki Suwadi dari Grobogan Mojowarno. Setelah melihat pertunjukan wayang itu dia merasa tertarik untuk bisa mendalang, sampai-sampai dia mengikuti kemanapun Ki Suwadi ngamen. Saking getolnya dia mengikuti Ki Suwadi amen, sampai-sampai dia bolos sekolah sampai dua minggu. Bahkan saking cintanya beliau punya cita-cita nanti setelah lulus Sekolah dasar pria kelahiran 7 Februari 1956 ini ingin ngangsuh kaweruh sebagai dalang kepada Ki Suwadi. Maka pada tahun 1970, sareh kecil dengan disertai oleh kakek tercinta menemui Ki Suwadi untuk mendaftar sebagai cantrik. Tapi menurut Ki Suwadi Pak Sareh begitu dia biasa dipanggil, belum cukup umur untuk ikut nyantrik. Maka sebagai pelampiasan atas ditolaknya dia mendaftar sebagai cantrik, Sareh remaja pergi merantau ke Surabaya untuk bekerja. Satu tahun kemudian dia kembali menemui Ki Suwadi untuk menjadi cantrik. Tapi kali ini rupanya tekadnya sudah bulat, sehingga meski belum tentu diterima dia sudah membawa bekal dan pakaian ganti. Dia bertekat kalau kali ini tetap ditolak dia tidak akan mau pulang. Mungkin karena kasihan akhirnya Ki Suwadi menerima P Sareh sebagai cantrik. Metode yang digunakan Ki Suwadi untuk mengajari siswanya tergolong unik, karena beliau mengajari siswanya takkala beliau sedang ngamen, jadi sebelum dia ngamen dimalam hari, siangnya siswanya diberi kesempatan untuk ndalang sekitar dua sampai tiga jam. Materi yang harus diterapkan adalah siswanya harus meniru apa yang dilakukan Ki Suwadi pada malam sebelumnya. Jadi menurut kakek tiga cucu ini, apabila ada siswa yang ngantuk atau tertidur pada waktu Ki Suwadi ndalang, maka dia akan ketinggalan, sehingga besuknya pasti tidak bisa meniru apa yang dilakukan Ki Suwadi tadi malam. Dan setelah tiga setengah tahun barulah Pak Sareh mendapat kesempatan untuk ndalang secara mandiri, meski kapasitasnya sama yaitu dalam rangka amen.Baru pada tahun 1976, P Sareh mendapat job pertamanya di rumah seorang Kamituwo, desa Pulurejo, Ngoro dengan ongkos enam ribu rupiah. Ada cerita menarik manakala Pak Sareh harus memilih menjadi dalang wayang kulit gaya Jawa Timuran, itu tidak lebih karena pada waktu itu wayang gaya Jawa Timuran lebih sering ditanggap orang karena harganya lebih murah daripada gaya Jawa Tengahan, alasannya bisa diterima akal karena wayang kulit gaya Jawa Timuran pengrawitnya lebih sedikit. Menurut beliau kalau saja para dalang mau melakukan inovasi-inovasi dalam penyajiannya, maka perkembangan pedalangan khususnya gaya Jawa Timuran akan lebih baik lagi, permasalahannya sekarang ini banyak dalang yang enggan melakukan itu, mereka sudah merasa cukup puas dengan gayanya sendiri. Dan hal lain yang perlu dilakukan adalah semestinya para dalang yang ada di Jombang ini, sering melakukan silahturahmi dengan tujuan saling berbagi ilmu dan pendapat, sehingga saat ini banyak dalang yang tidak bisa mengikuti perkembangan jaman, maka tidak heran kalau orang yang mengapresiasi atau nanggap juga enggan karena tidak ada kemajuan yang berarti. Bahkan menurut beliau, unsur entertainment harusnya sudah menjadi kebutuhan saat ini, karena era global seperti sekarang ini, mustahil kesenian tradisi akan masuk di hati penikmat seni kalau tidak ada unsur hiburan yang lagi digemari saat ini, campursari misalnya. Tapi seorang dalang harus juga bisa memainkan perannya sebagai seorang sutradara, artinya jangan sampai kesenian tambahan atau hiburan tersebut justru mematikan seni wayang itu sendiri. Beliau juga punya harapan kedepan pemerintah daerah, memberi ruang yang cukup untuk para dalang mengekspresikan kemampuannya melalui pementasan secara periodik.

WISATA JOMBANG

Tempat-tempat Wisata Kabupaten Jombang
Air Terjun Tretes
Obyek wisata Air Terjun Tretes terletak di Dusun Tretes, Desa Galengdowo, Kecamatan Wonosalam +/- 40 Km dari pusat kota Jombang arah Tenggara.
Goa Sigolo-golo
Goa alam yang indah ini terletak di dusun Kranten, Desa Panglungan, Kecamatan Wonosalam berjarak +/- 30 Km dari Air Terjun Tretes.
Wisata air Sumberboto
Wisata air Sumberboto di Kecamatan Mojowarno merupakan bentuk Wana Wisata binaan dari Perhutani yang banyak dikunjungi para remaja setiap bulannya. Suasana dingin dan asri penuh dengan pepohonan.
Gelanggang Wisata Air
Selain Wisata air Sumberboto, terdapat pula gelanggang wisata air, kolam pancing dan lapangan tenis yang terletak strategis +/- 2 Km arah timur pusat kota Jombang yang dikenal dengan "Tirta Wisata Keplaksari"
Kedung Cinet
Kedung Cinet terletak 10 km dari jembatan Brantas Ploso, tepatnya di desa Pojok Klitih , lokasinya di tengah hutanbelantar. Selama perjalanan pengunjung dimanjakan dengan pemandangan yang indah. Dan menyusuri sungai brantas sampai melintasi jembatan “ goyang “ yang mengasyikkan jika tertiup angina, sebelum akhirnya tiba di kedung cinet yang indah
Sumber Penganten
Sumber ini terletak sekitar 1 kilometer dari arah pusat Kecamatan Jogoroto. Lokasi Sumber Penganten sangat jauh dari keramaian, tapi tidak terpencil, mudah dijangkau kendaraan apapun. Mempunyai hamparan parker yang luas dan tentu saja aman
Goa Sriti
Goa Sriti terletak di Kecamatan Wonosalam , Kabupaten Jombang. Untuk mencapai Goa ini pengunjung harus melalui jalan setapak yang sangat panjang berliku, tetapi goa sriti rel;atif mudah karena pengunjung harus berjalan kebawah dengan jalan yang dilalui tidak begitu panjang dengan pemandangan kawaan hutan yang hijau alami dan sesekali melewati pematang sawah penduduk yang banyak ditumbuhi pohon jati maupun pisang.
Sendang Made
Sendang Made terletak di Desa Made, Kecamatan Kudu Kabupaten Jombang.  Selain Sendang Made disekitarnya terdapat sendang-sendang lain yang lebih kecil, Diantaranya Sendang Payung, Sendang Padusan, Sendang Drajat, Sendang Sinden dan Sendang Omben. Ukuran Sendang Made 8 m X 11 m dan masih terlihat terawatt keberadaannya . Untuk menuju  ke Sendang Made bisa dilalui dengan berbagai kendaraan.

TENTANG JOMBANG

SEJARAH SINGKAT KABUPATEN JOMBANG
   
Jombang termasuk Kabupaten yang masih muda usia, setelah memisahkan diri dari gabungannya dengan Kabupaten Mojokerto yang berada di bawah pemerintahan Bupati Raden Adipati Ario Kromodjojo, yang ditandai dengan tampilnya pejabat yang pertama mulai tahun 1910 sampai dengan tahun 1930 yaitu : Raden Adipati Ario Soerjo Adiningrat.
   
Menurut sejarah lama, konon dalam cerita rakyat mengatakan bahwa salah satu desa yaitu desa Tunggorono, merupakan gapura keraton Majapahit bagian Barat, sedang letak gapura sebelah selatan di desa Ngrimbi, dimana sampai sekarang masih berdiri candinya. Cerita rakyat ini dikuatkan dengan banyaknya nama-nama desa dengan awalan "Mojo" (Mojoagung, Mojotrisno, Mojolegi, Mojowangi, Mojowarno, Mojojejer, Mojodanu dan masih banyak lagi).
Salah Satu Peninggalan Sejarah di Kabupaten JombangCandi Ngrimbi, Pulosari Bareng Bahkan di dalam lambang daerah Jombang sendiri dilukiskan sebuah gerbang, yang dimaksudkan sebagai gerbang Mojopahit dimana Jombang termasuk wewenangnya Suatu catatan yang pernah diungkapkan dalam majalah Intisari bulan Mei 1975 halaman 72, dituliskan laporan Bupati Mojokerto Raden Adipati Ario Kromodjojo kepada residen Jombang tanggal 25 Januari 1898 tentang keadaan Trowulan (salah satu onderdistrict afdeeling Jombang) pada tahun 1880.
Sehingga kegiatan pemerintahan di Jombang sebenarnya bukan dimulai sejak berdirinya (tersendiri) Kabupaten jombang kira-kira 1910, melainkan sebelum tahun 1880 dimana Trowulan pada saat itu sudah menjadi onderdistrict afdeeling Jombang, walaupun saat itu masih terjalin menjadi satu Kabupaten dengan Mojokerto. Fakta yang lebih menguatkan bahwa sistem pemerintahan Kabupaten Jombang telah terkelola dengan baik adalah saat itu telah ditempatkan seorang Asisten Resident dari Pemerintahan Belanda yang kemungkinan wilayah Kabupaten Mojokerto dan Jombang Lebih-lebih bila ditinjau dari berdirinya Gereja Kristen Mojowarno sekitar tahun 1893 yang bersamaan dengan berdirinya Masjid Agung di Kota Jombang, juga tempat peribadatan Tridharma bagi pemeluk Agama Kong hu Chu di kecamatan Gudo sekitar tahun 1700.
Konon disebutkan dalam ceritera rakyat tentang hubungan Bupati Jombang dengan Bupati Sedayu dalam soal ilmu yang berkaitang dengan pembuatan Masjid Agung di Kota Jombang dan berbagai hal lain, semuanya merupakan petunjuk yang mendasari eksistensi awal-awal suatu tata pemerintahan di Kabupaten Jombang